SEORANG perempuan datang saat aku dan Ajeng (perempuan yang hampir lima bulan ini aku akrabi) sudah bercengkerama hampir satu jam di sudut restoran dengan lilin meliuk-liuk di tengah meja.
"Dia yang aku bilang tadi," kata Ajeng sambil berdiri menyambut. Aku ikutan berdiri.
Aku mengulurkan tangan, menyambut tangannya yang lebih dulu mengulur. "Rini," katanya.
Aku pun lalu mengenalkan namaku. Tetapi mataku kemudian bertanya kepada mata Ajeng tentang siapa sebenarnya Rini ini.
"Oh, dia lelakiku." kata Ajeng, mantap.****
Fiksi Mini
Sekelebat rasa, sekilas ceritera....
Kamis, 11 April 2013
Rabu, 27 Maret 2013
Ibuku Bidadari, Ayahku Bajingan
MULA-MULA aku risi mendengar omongannya.
Tetapi kata-kata itu, lama-lama tidak terlalu menggangguku. Ia menjadi
sama dengan kebiasaan seorang teman yang di mana pun selalu tidak nyaman
kalau tidak memasukkan jari telunjuknya ke lubang hidung; ngupil. Atau
teman lain yang sukanya, walau tidak sedang pilek, menarik napas sampai
tedengar bunyi 'ngok' di hidungnya, lalu meludahkan --entah ingus, entah
dahak-- itu tidak jauh dari tempatnya berada.
"Ibuku bidadari, ayahku bajingan," selalu ia berkata begitu.
Mula-mula aku tidak percaya, tetapi argumentasinya membuatku berkesimpulan omongannya itu masuk akal. Aku kemudian ingat cerita tentang Joko Tarub dan Nawangwulan. Jadi, apakah temanku ini anaknya Joko Tarub?
"Malam itu ayahku sedang mabuk. Dan ia tidak tahu kalau perempuan cantik --yang juga sedang mabuk itu-- yang baru ditidurinya itu adalah bidadari. Sementara si bidadari itu tidak tahu kalau ayahku adalah seorang bajingan..." *****
"Ibuku bidadari, ayahku bajingan," selalu ia berkata begitu.
Mula-mula aku tidak percaya, tetapi argumentasinya membuatku berkesimpulan omongannya itu masuk akal. Aku kemudian ingat cerita tentang Joko Tarub dan Nawangwulan. Jadi, apakah temanku ini anaknya Joko Tarub?
"Malam itu ayahku sedang mabuk. Dan ia tidak tahu kalau perempuan cantik --yang juga sedang mabuk itu-- yang baru ditidurinya itu adalah bidadari. Sementara si bidadari itu tidak tahu kalau ayahku adalah seorang bajingan..." *****
Selasa, 19 Maret 2013
Lingkaran Cinta
KALAU ada waktu, ia bilang,
ingin sebenarnya menceritakan semuanya secara runut. Dari awal mula,
dari A sampai Z. Tetapi, seperti juga dirimu, ia takkan mengumbar aib
ini secara membabi buta.
Setelah ia terdiam, dan aku tiada
berharap ia membuka masalahnya lebih jauh, kudengar ia menghela
napas. “Apakah kau akan menyebarkan ceritaku ini bila kuceritakan
kepadamu?”
Aku merasa, ia yang pernah menjadi
kekasihku ini bukanlah Vito yang kukenal dulu. Atau, masalahnya itu
membuatnya sedemikian paranoid.
“Ketahuilah, Rania,” katanya
kemudian. “Ajeng itu, perempuan yang di rahimnya terkandung benih
yang telah kutanam itu, ternyata adalah juga anak Papaku...”****
Minggu, 10 Maret 2013
Suami Pilihan Ayah
PEREMPUAN itu, baru tiga puluh umurnya, tetapi sudah tiga kali menjanda dengan tiga anak dari tiga suami berbeda. Sekarang, tiga tahun sejak terakhir bercerai --rekor terlama, karena biasanya belum setahun sudah menikah lagi--, ia menikah lagi dengan lelaki pilihan Ayahnya.
Walau banyak orang menduga ia akan bercerai lagi setelah mempunyai anak, beberapa hal kadang memang tidak bisa diduga. Buktinya, pagi-pagi sekali, beberapa jam setelah malam pertama, ia langsung kehilangan hormat kepada Ayahnya yang telah memilihkan lelaki berusia kepala empat --dengan kepala agak botak dan sudah tujuh tahun hidup nelangsa menduda-- itu sebagai bapak tiri dari ketiga anaknya.
"Ayah telah salah memilih menantu," katanya.
"Apa kamu bilang?!" Ayahnya tersinggung.
"Aku bilang dia bukan lelaki," sambil menangis, perempuan itu lalu bercerita bahwa suaminya itu telah tidak memiliki burung. Barang itu, menurut pengakuan suaminya tadi malam, telah dipotong istrinya yang dulu karena ia ketahuan menghamili pembantuya. *****
Walau banyak orang menduga ia akan bercerai lagi setelah mempunyai anak, beberapa hal kadang memang tidak bisa diduga. Buktinya, pagi-pagi sekali, beberapa jam setelah malam pertama, ia langsung kehilangan hormat kepada Ayahnya yang telah memilihkan lelaki berusia kepala empat --dengan kepala agak botak dan sudah tujuh tahun hidup nelangsa menduda-- itu sebagai bapak tiri dari ketiga anaknya.
"Ayah telah salah memilih menantu," katanya.
"Apa kamu bilang?!" Ayahnya tersinggung.
"Aku bilang dia bukan lelaki," sambil menangis, perempuan itu lalu bercerita bahwa suaminya itu telah tidak memiliki burung. Barang itu, menurut pengakuan suaminya tadi malam, telah dipotong istrinya yang dulu karena ia ketahuan menghamili pembantuya. *****
Senin, 04 Maret 2013
Kutukan Suami
SUAMINYA yang betubuh pendek berhidung pesek tetapi dagunya panjang itu, belum begitu tinggi ilmunya. Sehingga ketika ia mengutuk istrinya --yang selalu selingkuh seumur perkawinan mereka-- agar menjadi ular, ia tetaplah perempuan cantik yang selalu bisa membuat siapapun lelaki ingin menyetubuhinya. Namun sekarang, sejak ia dikutuk itu, lidahnya menjadi bercabang dua.
Pembuktian
KETIKA dengan sebilah pisau tajam benar-benar kubelah dadanya, sama sekali tak kutemukan cinta di dalamnya.
Langganan:
Postingan (Atom)