KALAU ada waktu, ia bilang,
ingin sebenarnya menceritakan semuanya secara runut. Dari awal mula,
dari A sampai Z. Tetapi, seperti juga dirimu, ia takkan mengumbar aib
ini secara membabi buta.
Setelah ia terdiam, dan aku tiada
berharap ia membuka masalahnya lebih jauh, kudengar ia menghela
napas. “Apakah kau akan menyebarkan ceritaku ini bila kuceritakan
kepadamu?”
Aku merasa, ia yang pernah menjadi
kekasihku ini bukanlah Vito yang kukenal dulu. Atau, masalahnya itu
membuatnya sedemikian paranoid.
“Ketahuilah, Rania,” katanya
kemudian. “Ajeng itu, perempuan yang di rahimnya terkandung benih
yang telah kutanam itu, ternyata adalah juga anak Papaku...”****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar