Rabu, 27 Maret 2013

Ibuku Bidadari, Ayahku Bajingan

MULA-MULA aku risi mendengar omongannya. Tetapi kata-kata itu, lama-lama tidak terlalu menggangguku. Ia menjadi sama dengan kebiasaan seorang teman yang di mana pun selalu tidak nyaman kalau tidak memasukkan jari telunjuknya ke lubang hidung; ngupil. Atau teman lain yang sukanya, walau tidak sedang pilek, menarik napas sampai tedengar bunyi 'ngok' di hidungnya, lalu meludahkan --entah ingus, entah dahak-- itu tidak jauh dari tempatnya berada.

"Ibuku bidadari, ayahku bajingan," selalu ia berkata begitu.

Mula-mula aku tidak percaya, tetapi argumentasinya membuatku berkesimpulan omongannya itu masuk akal. Aku kemudian ingat cerita tentang Joko Tarub dan Nawangwulan. Jadi, apakah temanku ini anaknya Joko Tarub?

"Malam itu ayahku sedang mabuk. Dan ia tidak tahu kalau perempuan cantik --yang juga sedang mabuk itu-- yang baru ditidurinya itu adalah bidadari. Sementara si bidadari itu tidak tahu kalau ayahku adalah seorang bajingan..." *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar